Cari Blog Ini

Jumat, 11 November 2011

MONOLOG HANTU LALAT


 

[gambar. google.com]
Pentas Menggambarkan Ruang Kosong, Hanya Terdapat Bangku Panjang Di Tengah. Sementara di pojok kiri terdapat sebuah meja usang. seorang pemuda terduduk dan mencoba untuk tidur


Pemuda:
(resah) ah..... (berbalik arah, terganggu dan mengusir)
           
Ia Belum Terlihat Bisa Tidur. Lalat Semakin Ia Rasakan Mengganggu

Pemuda:
(marah) bedebah (meloto kepada lalat yang sedang terbang, memperhatikan dengan teliti)

Pemuda:
Kau fikir kau siapa...heh? (menepuk lalat) Dia memperhatikan genggaman,
ia merasa telah menangkap seekor lalat tetapi ternyata kosong. Iapun beranjak dari tempat tidurnya, menuju atas meja. Tapi lalat masih saja mengganggunya.
Marahnya semakin memuncak

Pemuda:
(mengejar lalat) hei...bedebah...tunggu (berusaha membunuh) Terlihat ia sangat kelelahan, dan tak satupun lalat berhasil di bunuh. Ia mengampiri tempat tidur semula.
Ia terduduk memikirkan sesuatu

Pemuda:
Hem (mengingat-ingat) ya....(terlihat bahagia karena menemukan sesuatu)
sambil menarik celana lebih tinggi, ia tidur dalam pura-pura. Seekor lalatpun terjebak oleh betisnya. Dengan sigap ia memukul lalat, di wajahnya terlihat senyum yang lebar
karena usahanya kali ini membuahkan hasil

Pemuda:
Apa yang kau andalkan (marah) kaki kecil, tubuh kecil. Hanya biji matamu yang besar (menjilat jari dan menyentil kepala lalat) mampus kau (senyum puas sambil meletakkan bangkai lalat di atas meja)

Ia terlihat berusaha kembali tidur dengan senang dan menenangkan diri. Beberapa saat kemudian ian bangun dan tidur kembali. Kali ini ia kembali diganggu.

Ia berlari keluar panggung dan kembali membawa sapu lidi dengan segera ia mengeluarkan jurus membasmi lalat ciri khasnya

Pemuda:
(marah dan mengibas-ngibaskan sapu ke udara) anjing kau lalat...
kau tidak lihat bangkai temanmu? (melihat lalat di kursi) mampuskau (memukul)

Kali ini ia mendapatkan dua ekor nyamuk, ia meletakkan bangkai lalat itu di atas meja, berharap agar teman-teman lalat itu tidak lagi mengganggunya.

Ia berbaring di atas bangku. Beberapa kali ia berputar tidak juga ia bisa tertidur seperti yang diharapkan

Pemuda:
(penuh hawatir) kenapa perasaan ini menggangguku (memperhatikan meja yang berhias bangkai lalat) Ia seperti mendengar suara-suara

Pemuda:       
Hei kau (ketakutan) siapa kau...(melihat sekitar) (ketakutan memuncak)
apa kau bilang.... kau adalah hantu lalat...? Dengan segera ia memperhatikan meja
ia menuju ke sana, dengan perlahan tapi pasti dalam wajah penuh ketakutan
ia menghampiri bangkai lalat itu

Pemuda:
Apa yang telah aku lakukan....? (memperhatikan dengan teliti)
bukankah....ini adalah tanda kerjaan..? ya terlihat jelas dari warna
dan bentuk sayapnya....(khawatir) jangan-jangan ini anak raja (melihat lebih teliti)
astaga naga...mati aku.....(berusaha menyatukan kepala lalat dengan tubuhnya)
aku harus berusaha menyatukan kepala lalat dengan tubuhnya....terus
yang satu lagi..? (memeriksa lalat, memperhatikan dengan teliti) apa...?
(terkejut) bukankan ini pacar sang penguasa (ketakutan)

Dalam resah yang tak berkesudahan dan semakin memuncak, ia frustasi, bingung bercampur resah dan taku (mengisi ruang dalam panggung)

Pemuda:
Jadi... kau fikir karena kau berkuasa kau boleh merasa semua adalah milikmu..
(bertanya dalam takut) dan kau... apa kau rasa karena kau adalah kekasihnya
kau berhak mengambil milik bawahanmu

Pemuda itu terkulai lemas menyesali keadaan, menangisi kebenaran yang sedang terjadi. Pemuda itu membuka tutup botol yang sedari tadi ada dalam kantongnya

Pemuda:
Mungkin ini menjadi hal terindah bagiku... nasib memang tidak bernah berpihak kepada orang-orang kecil sepertiku. Aku malu dan takut tinggal di negri yang tidak jelas arah hukumnya... orang2 selalu menyalahkan orang lain tanpa melihat kesalahannya sendiri

Pemuda:
Apa yang harus aku lakukan....? (berfikir) ya...aku akan lakukan...
(menaiki meja dan berdiri) termenung (kemudian meloncat) aaahhhhhhhh....(sepi)

TAMAT


Tidak ada komentar:

Posting Komentar