Cari Blog Ini

Minggu, 26 Januari 2014

MUSEUM FILM FESTIVAL. Ada yang “tidak beres”

Sebelumnya, selamat untuk para pemenang. Ini bukan karena keinginan untuk mendapatkan juara, akan tetapi sekedar meluruskan agar pembaca tahu kenyataan yang sesungguhnya.



 Sebelum acara nonton bareng
Ada apa dengan lomba film di musium negeri provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang di motori oleh STMIK Bumi Gora NTB?
Begitulah pertanyaan yang mengganggu fikiran saya, menurut surat disposisi yang telah di tanda tangani oleh kepala sekolah yaitu 07 januari 2014. Surat tersebut di kirim oleh Dinas Kebudayaan dan pariwisata provinsi nusa tenggara barat tertanggal 24 desember 2013-20 januari 2014 (menurut juklak-juknis), tidak ada yang salah dengan surat itu. Akan tetapi menjelang 1 (satu) minggu hari puncak lomba yaitu 20 januari 2014 (sekali lagi menurut juklak-juknis) saya tidak pernah membaca petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis (juklak-juknis) karena memang tidak di lampirkan berdasarkan surat undangan.
Beberapa saat kemudian, saya menghubungi nomor telephon cellular (phoncell) yang terdapat dalam brosur dengan inisial “B” untuk meminta agar di kirimkan juklak-juknis, supaya mengerti tentang Durasi, Tema, dan segala sesuatu yang menyangkut lomba. Karena memang demikianlah Juklak-juknis di buat agar semua peserta tidak memiliki kebingungan dengan lomba yang akan di ikutinya.
Berdasarkan email (surat elektronik) yang saya terima dalam email pribadi, tertanggal 16 januari 2014 yang artinya, saya belum juga mengerti tentang banyak hal dalam lomba tersebut. Jika di hitung dari tanggal yang sudah ditentukan yaitu 20 januari 2014 dengan tanggal 16 januari 2014 maka waktu yang saya miliki untuk membaca juklak-juknis adalah 4 (empat) hari.
Suatu hari tepatnya tanggal 18 januari 2014 (kalau tidak salah ingat), saya kemudian menerima telephon dari seorang panitian dengan nomor 087xxxxxxx42 memberikan informasi bahwa, batas pengumpulan karya adalah bukan tanggal 20 januari 2014, melainkan tanggal 19 januari 2014. Jelas saya sangat terkejut, karena film saya buat baru saja selesai di ambil (shoting) pada tanggal 18, yang artinya saya hanya memiliki waktu hanya satu hari proses edit. Ini mungkin bukan kesalahan dari panitia, akan tetapi kesalahan saya kenapa harus tidak mengambil gambar sebelum tanggal itu. Karena menurut panitia dengan nomer 0xxxx666xxxx mengatakan “mengapa bapak tidak bertanya kepada panitia”, jika saya kembali bertanya kepada panitia. “mengapa tidak ada konfirmasi sebelumnya dari panitia?, jika melihat kronologi dari surat masuk” maka pertanyaannya adalah, ada apa dengan lomba film ini?
Tidak hanya itu, ada 1 (satu) item yang membuat saya sangat merasa tergelitik dalam nominasi lomba dari 3 (tiga) item, item tersebut adalah: penyutradaraan terbaik, film terfavorit pilihan penonton dan terahir adalah film pendek terbaik. item terlucu yaitu: item kedua “Film terfavorit pilihan penonton”, yang menurut asumsi saya adalah, se-jelek apapun film tersebut menurut disiplin per-filman baik dari konsep dramatisasi, editing, naskah atau skenario, jika bagi penonton itu bagus, maka secara otomatis ia akan menjadi pemenang. Selanjutnya, pemutaran film tersebut berada di museum negeri Provinsi pada pukul 19:00-22:00 wita.
Mungkin bagi sebagian orang, bahwa film yang baik adalah yang disukai/ mengena di hati penonton. Saya sangat sepakat dengan teori ini, tapi apakah sudah menjamin jika film tersebut benar-benar “bagus” bagaimana kalau film tersebut di buat oleh anak provinsi? Apakah mereka yang memiliki “gengsi” di kalahkan oleh kabupaten akan mengatakan film kabupaten semisal Lombok Tengah atau Lombok Timur masih kalah bagus dengan film buatan anak-anak provinsi
Maka pertanyaan saya adalah:
1.      Mengapa film tersebut “harus di putar di museum provinsi”?
2.      Mengapa pemutaran tersebut harus 19:00-22:00 wita?
3.      Mengapa tidak pagi hari atau siang hingga sore hari?
4.      Mengapa tidak di putar di Lombok tengah atau Lombok timur?
Jika pertanyaan ini di ajukan kepada saya, maka saya akan menjawab pertanyaan pertama dengan mengatakan “bahwa provinsi masih takut di kalahkan oleh kabupaten dalam lomba ini” selanjutnya pertanyaan ke 2 (dua) sampai 4 (empat) saya akan jawab, bahwa “panitia memang sengaja”, karena pada jam tersebut akan jarang di hadiri oleh orang-orang semisal Lombok Tengah apalagi Lombok Timur yang berada di kejauhan.
Permasalahannya tidak hanya pada jarak tempuh, melainkan pada ke-tidak “pedulian” panitia bahwa di Lombok Timur, untuk mendapatkan izin keluar malam terutama bagi anak gadisnya masih sangat kental, kemudian ketidak mungkinan sekolah akan menghadirkan ratusan siswanya dengan menggunakan mobil jenis mini bus sampai 4 atau 5 unit yang barang tentu menghabiskan anggaran besar.
Maka bagi saya, jika melihat dengan teliti permasalahan ini yang dihubungkan dengan waktu pemutaran, maka panitia terkesan “sengaja” dan melakukan “kecurangan” dalam pengadaan lomba, di tambah lagi dengan durasi antara surat masuk dengan perubahannya tanpa melalui konfirmasi setidak-tidaknya 4-3 (hari) setelah surat masuk, itupun sangat terlalu cepat bagi sebuah produksi film. Maka prasangka saya adalah “panitia bukanlah orang yang memiliki disiplin ilmu film” entalah
Tidak hanya sampai di situ, maka pertanyaan yang sangat masuk akal di ajukan adalah “apakah provinsi bisa mendapat film terfavorit bagi penonton, jika pemutarannya berada di Lombok Timur terutama di tempat saya”? maka jawabannya adalah “belum tentu atau bahkan tidak sama sekali” karena permasalahan “gengsi” di kalahkan oleh provinsi
Permasalahan ini pernah saya pertanyakan kepada seorang panitian melalui nomer phoncell 087xxxxxxx42, akan tetapi sampai saat penulis menyelesaikan tulisan ini, nomer tersebut tidak juga menjawab.

Setelah acara nonton bareng
Sebelum membahas permasalahan ini, terlebih dahulu saya terangkan bahwa nomer ponsel 087xxxxxxx42 mengirimkan pesan singkat (SMS) ke nomer saya tepat tanggal 21 januari 2014 yang berisikan undangan untuk mendatangkan sebanyak-banyaknya penonton untuk mendukung sekolah masing-masing, tidak cukup dengan SMS, nomer tersebut yang sampai saat ini saya tidak mau tau nama pemiliknya menelphon saya pada saat Proses Belajar Mengajar (PBM) berlangsung tentang prihal yang sama. Al hasil, sayapun mengundang banyak siswa melalui akun Facebook saya dengan meng-upload foto poster film karya Lombok Timur.
Tepat pukul 17:00 wita, kami berangkat dari Lombok Timur menuju musium. Sesampai di musium, kami di minta untuk mengisi registrasi (buku tamu), dalam buku tersebut oleh panitia di pisahkan antara pemain, crew, pembina, pendukung dan umum. Asumsi awal saya mengatakan, “ini membuktikan adanya keinginan panitia agar gampang membedakan sekiranya film mana yang akan menjadi favorit penonton dengan jumlah pendukung terbanyak”. Namun setelah pemuturan 10 (sepuluh) film yang dintakan terpilih oleh panitia, saya mencoba mempertanyakan tentang film favorit versi penonton, karena setelah film masing-masing penonton di putar, sebagian penontonpun beranjak pulang. Saya bertanya kepada panitia “apakah vout penonton batal” panitia yang saya tidak sempat menanyakan namanya itu berkata “oh, tidak ada…kenapa anda mau pulang?” “iya, kami dari lombok timur, itu jauh mas, besok pagi siswa saya harus sekolah” panitia bilang “setelah pemutaran film ini akan ada diskusi tentang film”. Sayapun menjadi bingung bercampur heran, karena jelas-jelas di undangan baik dalam brosur, juklak-juknis, SMS dan telphon panitia mengatakan akan ada film vout dari penonton, akan tetapi DI BATALKAN (bahasa saya) begitu saja tanpa ada penjelasan yang pasti mengapa itu di batalkan, yang artinya bahwa: kreteria “film favorit penonton” pada item ke 2 dari 3 kriteria yang akan mendapatkan nominasi telah di batalkan tanpa ada konfirmasi. Maka pertanyaannya adalah, “Ada apa dengan panitia”? sungguh sebuah hasil kerja yang tidak “beres” sangat terasa
Kepada seorang panitia dengan nomer 087xxxxxxx42 yang ahirnya saya kenal sebagai “L.Z” saya mengirimkan pesan singkat setelah memastikan bahwa saya tidak dapat menghadiri undangan pengumuman tanggal 23 januari 2014 seperti smsnya, tepat pukul 11 (entah lewat berapa menit, saya kurang perhatikan) saya mempertanyakan tentang hasil lomba kepada nomer tersebut.
“bagaimana hasilnya”? nomer yang saya kirimi pesan tersebut membalas (replay) dengan menggunakan nomer berbeda 085xxxxxx65 mengirim jawaban “MUFIFEST. Trimakasi atas partisipasi rekan” sineas dalam Museum Film Festival 2014. Mari tumbu kembangkan bersama audio visual d NTB. Film terbaik: Mesaji, Cinematography terbaik: cerita kain Ide cerita terbaik: dong ayo ke museum. Terima kasih” (isi pesan tidak di rubah sedikitpun dari aslinya, baik titik ataupun tanda baca lainnya). Karena masih merasa bingung, saya kembali bertanya kepada nomer tersebut tentang kriteria “kriterianya mas”? nomer tersebut membalas “semua. Umum mhs plajar”. Saya sangat bingung dengan jawaban ini, sayapun kembali bertanya “maksudnya yang 3 (tiga) judul itu ya sekaligus plajar, mhs dan umum begitu”?

Dalam juklak-juknis yang saya terima, ada tiga peserta dalam lomba ini: pelajar, mahasiswa dan umum.. entah karena kesalahan saya yang mengartikan bahwa dari yang tiga kalangan ini akan memperebutkan kelas yang berbeda, yaitu: pelajar akan bersaing sesama pelajarnya, mahasiswa akan bersaing dengan mahasiswanya, begitu pula dengan tingkat umumnya. Akan tetapi, sekali lagi saya keliru memahami konsep panitia yang tidak pernah dijelaskan dalam apapun bahwa yang 3 kriteria ini akan bertarung dalam kelas yang sama: yaitu umum melawan pelajar dan mahasiswa dan sebaliknya. Jika setelah membaca kiriman SMS panitia yang berbunyi “yang terbaiknya pelajar dr SMA 2 selong. Cinemato dr mahasiswa. Ide cerita dr mahasiswa unram” entah, apakah pemahan saya terhadap pesan singkat ini masih keliru atau hampir sama. Jika memang lomba ini untuk umum mengapa harus menggunakan nama pelajar dan mahasiswa? Atau jika memang lomba ini ini untuk tingkat umum, pelajar dan mahasiswa. Mengapa nominasinya bukan pelajar ya pelajar, umum ya umum dan mahasiswa ya mahasiswa? Ini bukanlah turut campur terhadap kehibijakan panitia, akan tetapi menjadi suatu yang aneh, jika lomba tingkat SMA di samakan dengan tingkat perguruan tinggi apalagi akan masuk ke umum? Entahlah. Ada yang tidak beres dengan lomba ini