Cari Blog Ini

Jumat, 16 November 2012

SHORT MOVIE "MIMPI DENDE AYU"


MIMPI DENDE AYU


Sebuah kisah gadis remaja berusia 16 tahun. Sejak kecil ia hidup bersama kedua orangtuanya dengan keadaan ekonomi yang pas-pasan, tak seperti rumah para tetangga. Tidak ada TV, kulkas, ataupun radio sebagai pelipulara, ia ditinggalkan oleh ayahnya dalam usianya ke 16 karena penyakit sesak nafas akut yang diderita.
Tidak seperti gadis biasanya, Dende Ayu adalah gadis remaja yang memiliki segudang prestasi dibidang seni, ia adalah sosok gadis yang sering membawa nama sekolah memenangkan beberapa lomba baik ditingkat Kecamatan dan Kabupaten. Tidak hanya sampai disitu, ia bahkan sering memenangkan lomba di luar sekolah.
Dende ayu adalah seorang manusia normal, yang memiliki mimpi-mimpi seperti gadis-gadis ABG lainnya, mimpi sederhana untuk membuat orangtuanya bangga dengan prestasi yang dimilikinya. Ia adalah sosok gadis yang dikenal sangat sederhana, baik hati dan suka bergaul. Sayang, semua mimpi-mimpi yang ia miliki menjadi pudar setelah kematian ayahnya, ia merasa sangat kasian dengan ibunya yang bekerja pagi, siang bahkan malam. Tak jarang ibunya harus batuk dan sakit-sakitan sebab menanggung beban yang terlalu berat bagi perempuan. Hal itupula yang membuat Dende ayu berfikir bahwa, dia harus berhenti dari sekolahnya agar ia tidak menjadi penambah beban orang yang paling dicintainya, sering ia katakan kepada sahabat baiknya: “Lentang, sepertinya aku harus berhenti sekolah, kematian ayahku yang beberapa tahun memaksa ibu harus bekerja keras, aku tidak sanggup melihat penderitaannya”. Keadaan yang begitu menekan bagi seorang anak ABG, “aku sudah tidak sanggup lagi dengan semua ini, aku merasa semua harus berahir, aku tidak mampu memiliki mimpi lagi, mimpi itu sudah aku kubur dalam-dalam”. Sifatnya yang peramah dan suka bergaul sedikit berubah, ia menjadi sosok yang pendiam dan suka murung setelah kepergian ayahnya.
Dengan segala kenyataan-kenyataan yang dihadapi itu, Dende merasa apa yang menimpanya terlalu berat. Ia sangat sadar dengan keadaannya dan keadaan orangtuanya, hal itulah kemudian membuat Dende mengambil keputusan untuk berhenti dari sekolahl
Demikianlah Dende dihadapkan pada mimpi dan kenyataan, mimpi yang selama ini selalu didamba-damba dan kenyataan akan kerasnya aral yang  merintang. Namun Dende tidak pernah patah semangat ia terus menggali potensi dalam dirinya sambil terus berdo’a agar Tuhan mendengarkan keluh kesahnya. Bagi Dende, Tuhan adalah satu-satunya tempat melepas dan mencurahkan perasaan tanpa ragu dan khawatir tidak didengarkan.

Yogi S. Memeth

Tidak ada komentar:

Posting Komentar