Scene
1: jalan raya sepi
beberapa kendaraan lewat Vika berjalan tampak putus
asa berhenti didepan gerbang rumah, terduduk menatap ponselnya
Ekstra 1:
ayo, berderinglah
Setelah lama, tergesa-gesa
mengangkatnya
halo, ia benar saya sendiri”. (mendengar dengan
teliti) “benarkah? Dimana (wajahnya tampak berseri) baiklah, sebentar lagi saya
akan meluncur kesana (mempersiapkan beberapa barang kebutuhannya, ia
menghubungi kekasihnya)
“sayang, katanya ada sebuah kampung yang masih kental
mempertahankan kebudayaan. Kesana yuk. Ok, aku tunggu ya. Jangan lama-lama
Scene
2: di jalan kecil sebuah kampung
beberapa orang berdiri,
nampak di wajah mereka rasa khawatir, sebab sampai jam hampir malam, ada yang
nampak putus asa, sebagian terduduk. Lelah, bosan. Begitulah orang-orang itu
menunggu depan gardu menuju kampung halaman.
Ekstra 2:
(berteriak) dia…….datang
Orang-orang serentak menatap senang sepeda motor yang
berjalan semakin mendekat dan berhenti
Ekstra 2:
Kau bisa menjemputku setelah tiga hari, terimakasih
sebelumnya
Cont’d
Ekstra 1:
Maaf, perjalanan sedikit terhambambat, sudah lama
disini? Sebaiknya kita langsung saja menuju desa
Dia masih banyak pekerjaan, jadi tak bisa tinggal
bersamaku
Scene
3: di kampung
Vika disambut oleh beberapa
sesepuh adat dan sebuah tarian tradisional. ia mengeluarkan kamera mini dan
sebuah buku harian ditempat itupula ia bertemu dengan temannya Tika yang
memberinya info di telpon, ia banyak mendapatkan penjelasan-penjelasan tentang
kegiatan yang sedang berlangsung
Ektra 1: (mengambil gambar)
Terimakasih infomu
Ekstra 3: tersenyum, berbicara banyak hal, sesekali
menunjuk kearah penari (catatan 1)
Namanya bulan, nanti kau aku kenalkan dengannya
Selepas latihan, Tika mendekati
Bulan dan membicarakan prihal kedatangan Vika, dari arah panggung Tika menunjuk
kearah Vika dan Bulan memperhatikan dengan seksama. Mereka kemudian menghampiri
Vika yang sedari tadi selesai mengambil gambar dan menulis di buku hariannya.
Ekstra 4: (memperbaiki penampilannya)
Beginilah kampung kami setiap harinya, dari generasi
ke generasi upacara adat gawe selalu dilakukan. Kata amaq dan inaq, agar
kesenian dan kebudaya tetap utuh dan bisa dikenal generasi selanjutnya
Ekstra 5: (dari arah panggung, memperhatikan sejenak)
Ulan, beke’ temoe tie istirahat juluk maeh. Lelah
ruenne
Ekstra 4:
Kata amaq, kita harus istirahat
Cond’t
Ia adalah orang yang paling dituakan di kampung ini,
salah satu dari puluhan pemangku adat yang masih kuat ingin mempertahankan
kebudayaan
Ekstra 1:
Apakah kau mau menemaniku membicarakan beberapa hal
tentang tradisi ini
Ekstra 4: (khawatir)
Tapi, amaq bilang
Ekstra 1: (memotong)
Hem sebentar sajalah, waktuku tidak banyak disini. Aku
hanya butuh beberapa data untuk dikirimkan kepada rektor di kampus
Ekstra 4: (tersenyum)
saya takut dia nanti marah. Santailah, kita nikmati
dulu suasana di kampung terpencil ini
Sene 4: teras depan rumah
vika membuka notebooknya
dan mengembangkan tulisan yang ia buat di buku catatan hariannya
ekstra 5: (keluar rumah, memperbaiki kainnya)
Beginilah kampung kami mbak, tak ada yang bisa
diharapkan dari kesenian, dulu kampung ini lebih ramai dengan adanya
pemuda-pemuda yang ikut serta menjaga kelestarian budaya. Tapi, mereka lebih
memilih keluar negeri. Bagi mereka, tak ada yang pantas diandalkan dari
berkesenian, saya pergi sebetar dulu, kau diam saja disini bersama Bulan.
Ekstra 4: ( membawa minuman dan makanan, meletakkan di
atas meja, duduk di sebelahnya)
silahkan dinikmati mba’ tapi maaf disini tidak ada
makanan sebagus kota.
Hidup dengan berkesenian mungkin adalah tindakan
bodoh, aku sebenarnya sangat ingin meninggalkan kampung ini. Disini tak ada
yang bisa diharapkan dari berkesenian
Ekstra 1: (meyakinkan)
Ayahmu tadi bercerita, tapi tidak banyak, sebaiknya
kamu jangan berkecil hati, harusnya kamu bangga dengan yang dimiliki kampung
halamanmu. Justru ini akan membawa penghasilan bagi daerah bila di kelola
dengan baik. Kamu mau mengajariku bahasa daerahmu. Setidaknya itu akan
mempermudahku untuk mengenali kebudayaanmu, waktu saya tidak banyak karena
harus kembali ke kota.
Jadi, saya akan menulis beberapa hal tentang daerah ini
Cat to notebook
Ekstra 1: (mengisi blog, lampiran beberapa foto) “nasib
kesenian dan budaya di masa mendatang”
Ekstra 4: (bingung, heran)
Itu…
Ekstra 1: (tersenyum)
Ini adalah salah satu media untuk memperkenalkan diri,
tidak hanya itu, media ini bisa dimanfaatkan sebagai ajang promosi. Kamu bisa
melakukan hal yang sama, memperkenalkan kampung halamanmu dan kebudayaan yang
berkembang disini, saya yakin. Dengan potensi yang dimiliki kampung halamanmu
itu akan menjadi daya tarik bagi para wisatawan
Ekstra 4:
Kalau begitu, bantulah saya vika. Aku mengajari mba
bahasa daerahku dan mba mengajariku tentang blog itu
Scene 5:
Vika meninggalkan desa, dijemput pacarnya
Ekstra 1:
Suatu hari nanti, semoga kita bertemu lagi
Ekstra 4: (melambaikan tangan, tersenyum)
Hati-hati di jalan ya
Cond’t
Bulan belajar mengisi blog
miliknya. Beberapa orang berkunjung ke kampung halamannya, sebab itupula, vika
kembali ke kampung tersebut tanpa diketahui bulan
Ekstra 4: (berfikir, tersenyum lebar)
Inilah kampung yang kurindu, kampung budaya.
Ekstra 1: (dari belakang, tersenyum)
sebuah mimpi yang dulu temaram menjadi terang seperti
matahari untukmu bulan. Selamat ya
ekstra 4: (terkejut, menoleh)
Semoga saja ini bukan mimpi tengah hari
Ekstra 1: (menulis buku hariannya “catatan 5&6”
kemudian menutup bukunya)